Sedih Tak Berujung


Seperti biasa di semua koleksi lagu-lagunya, Mas Glen Fredly menyenandungkan lagu yang saya copy paste menjadi judul tulisan saya ini, dengan penuh improvisasi. Penuh "improvisasi" ini juga pas kalau kita sekarang mendendangkan kondisi yang tengah terjadi dan kini sedang kita alami.

Orang menyebut saat ini tengah terjadi KFG alias Krisis Financial Global. Saya kadang hampir salah mengucap menjadi nama sebuah restoran ayam goreng, yang biasanya saya datangi di saat akhir pekan tiba, bersama anak-anak kakak sepupu saya -- gadis-gadis ABG, yang katanya saya dibilang katro karena gak ngerti lagu Umbrella yang dinyanyikan Rihanna, yang konsernya dibatalkan itu. Mbak Rihanna batal datang ke Jakarta, karena ia takut dijahili orang alias kena "bom". Pengamanan yang disiapkan layaknya menyambut bu presiden pun, tak membuat Mbak Rihanna mau menginjakkan kakinya ke Jakarta, yang kini sedang mulai kena banjir, dan jalan berlubang di mana-mana. Ehm, padahal judul lagunya pas juga dengan hari-hari di Jakarta, yang kini selain sedang sering hujan, kadang juga disertai bledheg yang menggelegar itu.

Sabtu (15/11) pekan lalu, karena bete di rumah, saya datang ke unjuk wicara (talk show), dengan nara sumber Adrie Subono dan disponsori oleh detik.com itu. Tema yang diusung tidak jauh dari bidang yang digeluti oleh orang yang masih awet muda dan selalu tampil sederhana ini, yaitu rahasia sukses menjadi promotor musik. Seperti biasa, ia mengenakan kaus oblong hitam, celana jeans dan topi.

Salah satu juri penghargaan Indonesia Berprestasi yang diselenggarakan oleh operator seluler ini, mengatakan bahwa konser yang ia promotori (dengan mendatangkan artis luar negeri), ikut membawa nama harum bangsa. "Dengan mau datangnya Mbak Mariah Carey, The Corrs, Las Ketchup, The Used, Panic at the Disco, atau Angels & Airwaves (AVA) Desember nanti, menunjukkan bahwa negara kita aman" kata Mas Adrie.

Apa yang dikatakan Mas Adrie betul juga. Apalagi jika dari bibirnya Mbak Mariah Carey itu, setelah pulang ke negeri asalnya, ia mengabarkan ke sesama penyanyi yang lain, bahwa Indonesia aman. Selain itu, orangnya ramah-ramah dan semua permintaan akan dipenuhi oleh panitia. Upss...yang ini Mas Adrie sering kerepotan. Kita kini berharap, tidak ada lagi ancem-anceman dan teror ini-ono. Apalagi teroris yang selalu prengas-prenges di televisi dan koran itu, kini sudah di-dor sehingga tidak bisa mrenges-mrenges lagi.

Acara yang berlangsung di sebuah lounge pusat belanja dan gaya hidup terbaru di Jalan Sudirman itu, didatangi oleh banyak anak muda (di antaranya banyak yang masih brondong seusia keponakan saya) yang ingin menjadi wirausaha sebagai promotor atau event organizer, seperti Mas Adrie. Mereka betul juga. Apalagi saat ini ancaman PHK sudah ada di mana-mana. Pabrik-pabrik (tekstil, kerajinan dll.) di daerah, sudah melaporkan ke pemerintah dan meminta persetujuan bapak-bapak pejabat, untuk mem-PHK-kan buruh mereka. Ya itu tadi, akibat dampak KFG.

Kita pun masih harus "berimprovisasi" yang lain lagi. Konon, krisis 1997, bisa-bisa terulang lagi. Dolar kini naik lagi. Harga bahan baku pabrik yang harus dibeli dalam dolar, tidak mampu terbeli lagi. Itu di sektor riil. Di bidang lain, perbankan, malah sudah menelan korban. Salah satu bank kini sudah diambil alih oleh LPS, yang tengah siap-siap menunjuk para pengurus baru, untuk bank yang namanya mirip nama perusahaan penghasil film-film Hollywood, yang filmya sering saya tonton itu.

Belum lagi, bursa terus saja merah membara, yang walaupun kadang hijau bak sedang musim semi, tapi sesaat kemudian layu lagi. Loyo, tidak bergairah, jatuh. Kalau seperti lagunya Kristina yang setelah jatuh terus bangun mungkin ceritanya lain lagi. Yang ini, sudah jatuh, merangkak, tapi kok ya jatuuuh lagi.

Teman saya yang dosen sebuah universitas swasta, baru saja berkeluh kesah tentang pelayanan publik yang sangat buruk di negeri ini. Mulai dari polisi yang ngakali tilang yang akal-akalan alias minta "uang 86", busway yang harus berdiri dan uyel-uyelan dan pengalaman diserobot di sebuah antrean. "Ya...secara gak bisa dong, jij bandingin sama tempat sekolah jij ambil gelar MA. Kan sini merdeka-nya baru kemarin..." saya berusaha menjelaskan yang, sudah pasti kalimat saya menjerumuskan dan hanya bermaksud ber-apologi. Disiplin ya disiplin. Peraturan ya peraturan. Mestinya begitu bukan?

Ngomongin politik, apalagi. Kalau yang ini, harus ful "improvisasi". Kemenangan Om Obama di negeri asal ayam goreng yang sering saya nikmati itu, tak juga meng-inisiasi negeri ini untuk ya...setidak-tidaknya meniru yang layak untuk ditiru. Orang sering mendikotomikan antara orang tua dan anak muda. "Yang tua sudah kenyang makan asam garam Kun. Kalo yang muda mah, kudu belajar lagi", kata kakak sepupu saya. Mungkin ia lupa, lha wong negeri ini juga dibesarkan oleh orang-orang muda kok. "Kan orang muda ujung tombak dan garda terdepan sebuah perubahan. Sejarah telah membuktikan, dari tahun 45 sampai 98!", kata teman saya yang bekas aktivis mahasiswa dan kini nyaleg di sebuah kota kecil di Jawa Tengah.

Apa pun orang tua atau anak muda, negeri ini butuh pemimpin yang bisa mendatangkan kemakmuran. Walaupun, bicara makmur, kata guru PMP saya dulu saat saya SMA, "Adil dan makmur itu suatu hal yang di angan-angan. Sulit tercapai. Ukurannya apa? Kan masing-masing orang beda-beda".

Salah seorang teman dekat saya yang sangat fasih kalau ngomongin politik, bilang "Yang penting orang gampang dapat kerja, harga murah dan orang jalan ke mana-mana tidak ada anceman. Dan, karena aman, elo bisa keluar pulang malem tanpa takut kena razia bo!".

Saya mikir-mikir untuk meresapi kalimat teman saya itu, sambil terus membatin, "Adakah Badai Pasti Berlalu seperti yang dinyanyikan dengan sangat apik oleh mendiang Chrisye itu?" ***

Kundiyarto M. Prodjotaruno

New Page 1